Aku termasuk pria yang paling suka dengan wanita yang lebih tua dariku.
Itu mulai dari umurku yang ke-30, sekarang umurku sudah mencapai 37.
Memang tidak semua wanita yang lebih tua termasuk kesukaanku. Karena aku
paling senang melihat yang terutama kulitnya berwarna kuning langsat.
Apalagi ibu-ibu yang kerut mukanya tidak kalah dengan anak perawan saat
ini. Ada kemungkinan biasanya mereka paling teratur merawat badan mulai
dari minum jamu hingga luluran.
Sebulan yang lalu aku pergi kerumah sepupuku Ary di daerah Bogor,
kebetulan rumahnya berada didalam gang yang tidak bisa masuk mobil. Jadi
mobilku aku parkir di depan gang dekat sebuah salon. Setiba dirumah
Ary, aku disambut oleh istrinya. Memang istri si Ary yang bernama Sandra
30 tahun memang dikategorikan sangat sexy, apalagi dia hanya mengenakan
daster.
“Mas Ary sedang ke Pak RT sebentar Mas, nanti juga balik,” sapa si Sandra.
“Oh ya..” jawabku singkat.
Aku disuruh duduk diruang tamu, lalu dia kembali dengan satu cangkir the
manis, karena kursi diruang tamu agak pendek, maka dengan tidak sengaja
aku dapat melihat persis sembulan kedua belah dada si Sandra yang tidak
mengenakan BH. Wach pagi-pagi sudah dibuat pusing nich pikirku. Tapi
aku hilangkan pikiranku jauh-jauh, karena aku pikir dia sudah termasuk
keluargaku juga.
Akhirnya setelah Ary tiba, kami bertiga ngobrol hingga sore hari. Lalu
aku izin untuk menghirup udara sore sendirian, karena aku akan nginap
dirumah si Ary hingga besok pagi. Aku berjalan kedepan gang sambil
melihat mobilku, apakah aman parkir disana. Setelah melihat mobil aku
mampir ke salon sebentar untuk gunting rambut yang kebetulan sudah mulai
panjang. Disana aku dilayani oleh seorang ibu, umur kurang lebih 40-45
tahun, kulit kuning langsat, body seperti layaknya seorang ibu yang
umurnya seperti diatas, gemuk tidak, kurus tidak, sedangkan raut mukanya
manis dan belum ada tanda-tanda keriput dimakan usia, malah masih
mulus, saya rasa ibu tsb sangat rajin merawat tubuhnya terutama mukanya.
“Mas mau potong rambut atau creambath nich,” sapa ibu tersebut.
“Mau potong rambut bu” jawabku.
Singkat cerita setelah selesai potong rambut ibu tersebut yang bernama
Rini menawarkan pijat dengan posisi tetap dibangku salon. Setelah setuju
sambil memijat kepala dan pundak saya, kami berkomunikasi lewat cermin
di depan muka saya.
“Wach pijatan ibu enak sekali” sapaku.
“Yach biasa Mas, bila badan terasa cape benar, memang pijatan orang lain pasti terasa enak” jawabnya.
“Ibu juga sering dipijat kalau terlalu banyak terima tamu disalon ini,
soalnya cape juga Mas bila seharian potong/creambath rambut tamu sambil
berdiri” jawabnya lagi.
“Sekarang ibu terasa cape enggak” tanyaku memancing.
“Memang Mas mau mijitin ibu” jawabnya.
“Wach dengan senang hati bu, gratis lho.. kalau enggak salah khan
biasanya bila terlalu lama berdiri, betis ibu yang pegal-pegal, benar
enggak bu?” pancingku lagi.
“Memang benar sich, tapi khan susah disini Mas” jawab Bu Rini sambil tersenyum.
Naluriku langsung berjalan cepat, berarti Bu Rini ini secara tidak
langsung menerima ajakanku. Tanpa buang-buang waktu aku berkata “Bu, ibu
khan punya asisten disini, gimana kalau aku pijit ibu diluar salon
ini?” pancingku lagi.
“Mas mau bawa ibu kemana?” tanya Bu Rini.
“Sudahlah bu.. bila Bu Rini setuju, saya tunggu ibu dimobil di depan
salon ini, terserah ibu dech mau bilang/alasan kemana ke asisten ibu”
Ibu Rini mengangguk sambil tersenyum kembali.
Singkat cerita kami sudah berada didalam hotel dekat kebun raya Bogor.
Ibu Rini mengenakan celana panjang, dengan baju terusan seperti gamis.
Aku mempersilahkan Bu Rini telungkup diatas tempat tidur untuk mengurut
betisnya, dia mengangguk setuju.
“Enggak nyusahin nich Mas”
“Tenang saja bu, enggak bayar koq bu, ini gratis lho.” jawabku.
Lalu aku mulai mengurut tumit ke arah betis dengan body lotion. Celana
panjang Bu Rini aku singkap hingga ke betisnya, tapi karena paha Bu Rini
terlalu besar ujung celana bagian bawah tidak bisa terangkat hingga
atas. Ini dia kesempatan yang memang aku tunggu.
“Bu maaf nich, bisa dibuka saja enggak celana ibu masalahnya nanti
celana ibu kena body lotion, dan aku memijatnya kurang begitu leluasa,
nanti ibu komplain nich”
Kulihat Bu Rini agak malu-malu saat membuka celana panjangnya, sambil
langsung melilitkan handuk untuk menutupi celana dalamnya. Lalu aku
mulai memijit betis beliau dengan lotion sambil perlahan-lahan
menyingkap handuknya menuju pahanya. Kulihat dari belakang Bu Rini hanya
mendesah saja, mungkin karena terasa enak pijitanku ini. Saat mulai
memijit pahanya body lotion aku pergunakan agak banyak, dan handuk sudah
tersingkap hingga punggungnya.
Aku mulai renggangkan kedua kaki Bu Rini, sambil memijat paha bagian
dalam. Tampaknya Bu Rini menikmatinya. Tanpa buang waktu dalam keadaan
terlungkup aku menarik celana dalam Bu Rini ke bawah sambil berkata
“Maaf Bu yach”.
Dia hanya mengangguk saja sambil terpejam matanya, mungkin karena Bu
Rini sudah mulai terangsang saat aku pijit pahanya dengan lotion yang
begitu banyak.
Wow kulihat pantat Bu Rini tersembul dengan belahan ditengahnya tanpa
sehelai rambut yang mengelilingi vagina ibu tersebut. Aku mulai lagi
memijit paha bagian atas hingga ke pantatnya dengan menggunakan kedua
jempolku. Kutekan pantat Bu Rini hingga belahannya agak terbuka lebar,
dengan sekali-kali aku sapu dengan keempat jariku mulai dari vagina ke
atas hingga menyentuh lubang anusnya.
“Och.. Och..”
Hanya itu yang keluar dari mulut Bu Rini, rupanya dia mulai sangat amat
terangsang, tapi dia type yang pasif, hanya menerima apa yang akan
diperbuat kepadanya. Aku mulai nakal, kulumuri kelima jariku dengan
lotion lalu aku mulai sapu dari anus hingga kebawah ke arah vagina ibu
Rini dan diimbangi dengan makin naiknya pantat Bu Rini.
“Och.. Och.. Mas teruskan Mas.. Och..”
Pelan-pelan kumasukan jari telunjuk dan tengah ke dalam vaginanya, lalu
kukocok hingga mentok kedinding bagian dalam vagina, sambil
perlahan-lahan jempolku menekan lubang anus Bu Rini. Kulihat Bu Rini
agak meringis sedikit, tapi tetap tidak ada sinyal menolak. Jempolku
sudah masuk ke dalam anus Bu Rini, perlahan-lahan sambil kulumuri agak
banyak body lotion kukocok juga lubang anus Bu Rini, hingga sekali tekan
jempolku masuk ke lubang anus, sedangkan jari telunjuk dan tengah masuk
ke vaginanya, dan aktifitas itu aku lakukan hingga 3 menit.
Dan kulihat Bu Rini sudah tidak lagi meringis tanda kesakitan disekitar
lubang anusnya, tapi sudah terlihat diwajahnya rasa kenikmatan, meskipun
matanya terus terpejam hanya beberapa kali tersengah.
“Och.. Och..”
Setelah itu aku jilat kuping Bu Rini dengan lidahku sambil berbisik.
“Aku masukan yach Bu kontolku”
Ibu Rini hanya mengangguk setuju tanpa membuka matanya. Lalu aku buka
seluruh pakaianku, lalu aku ganjel perut Bu Rini dengan bantal yang
kulipat, supaya pantat dan lubang vaginanya agak menguak ke atas. Lalu
aku masukan kontolku ke dalam vagina Bu Rini dan kukocok hingga 15menit,
lalu kulihat lendir putih sudah mulai keluar dari lubang vagina Bu
Rini.
Rupanya Bu Rini sudah mencapai klimaks hingga mengeluarkan pejunya
duluan, lalu aku seka dengan handuk dan kuayun kembali kontolku hingga
15 menit kemudian, hingga Bu Rini mencapai klimaks yang kedua kali.
Sedangkan kontolku makin tegang saja tanpa isyarat akan memuncratkan
peju. Karena sudah pegal juga pinggangku, aku ambil body lotion kulumuri
anus Bu Rini sambil kubuka lubang anus tersebut hingga masuk ke dalam,
lalu aku pelan-pelan menekan ujung kontolku hingga masuk ke dalam anus
Bu Rini.
“Och.. Pelan-pelan Mas..” Bu Rini mengeluh.
Terus kutekan kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Rini, lalu
pelan-pelan aku cabut kontolku. Memang kontolku terasa amat terjepit
oleh lubang anus Bu Rini, ini membuat aku mulai terangsang. Kutekan lagi
kontolku ke dalam lubang anus Bu Rini, dan pelan-pelan mulai kukocok
lubang anus Bu Rini dengan kontolku ini sambil melumuri body lotion
supaya lubang anus Bu Rini tidak lecet, terus kulakukan aktifitas ini
hingga 5menit dan tiba-tiba peju dikontol mulai mengadakan reaksi ingin
berlomba-lomba keluar. Lalu kucabut kontolku, dan kulepaskan seluruh
pejuku bertebaran diatas sprei.
Setelah itu Bu Rini langsung membersihkan badannya kekamar mandi, lalu
kususul Bu Rini di kamar mandi yang sudah tanpa sehelaipun benang
ditubuhnya, lumayan bodynya cukup montok, tetenya sudah agak kendur tapi
masih menantang seperti buah pepaya yang masih tergantung dipohon,
perutnya juga sudah mulai ada lipatan lemaknya, tapi tetap enak
dipandang, karena memang warna kulitnya seluruhnya kuning langsat. Lalu
aku bantu Bu Rini saat hendak memakai sabun ditubuhnya, demikian juga
aku dibantu juga oleh Bu Rini.
Setelah selesai mandi kontolku mulai bangun kembali, lalu kuminta Bu
Rini untuk main kembali, Bu Rini memberikan isyarat ok. Dan kusuruh Bu
Rini duduk dikursi tanpa mengenakan pakaian selembarpun, kuangkat kedua
kakinya ke atas dengan posisi mengangkang lalu kusuruh Bu Rini memeluk
kakinya kuat-kuat, lalu aku jongkok dan mulai menyapu vagina Bu Rini
dengan lidahku, sambil jari telunjukku ikut masuk ke dalam vagina bagian
bawah sambil mengocoknya. Disini Bu Rini tampak mendesah agak keras.
“Och.. Och.. Och.. Masukan saja Mas.. Aku enggak kuat”
Tanpa buang waktu lagi karena memang kontolku mulai keras kembali,
kutekan kontolku ke dalam lubang vagina Bu Rini kembali sambil setengah
berdiri, sedangkan kedua kaki Bu Rini sudah bersandar di depan bahuku,
terus kusodok vagina Bu Rini dengan kontolku, hingga 30 menit lebih aku
belum bisa juga mengeluarkan pejuku. Lalu kuminta Bu Rini untuk mengisap
kontolku supaya cepat keluar pejuku ini.
Kedua kakinya kuturunkan lalu aku memegang kedua pipinya ke arah
kontolku, lalu aku memasukan kembali kontolku ke dalam mulut Bu Rini,
disini kulihat Bu Rini mengimbangi dengan isapan serta air liurnya yang
mulai menetes dari mulutnya untuk membuatku cepat mencapai puncak.
Memang benar-benar lihai Bu Rini, sebelum mencapai waktu lima menit aku
sudah tidak tahan lagi menahan pejuku muncrat didalam mulutnya.
Setelah itu kami berdua membersihkan diri kembali kekamar mandi, lalu
kami kembali ke salon Bu Rini. Sebelum keluar dari mobil, aku sempat
berbisik kepada Bu Rini. Memang yang lebih tua, sangat paham dalam
pengalaman dalam hal ini dibanding dengan yang masih muda. Bu Rini hanya
tersenyum manis saja, sambil turun dari mobilku dan kembali masuk ke
dalam salonnya.